Selasa, 12 Oktober 2010

3. Yang Lalu Biar Berlalu

Mengingat dan mengenang masa lalu, kemudian bersedih atas nestapa  dan kegagalan didalamnya merupakan tindakan bodoh dan gila. Itu, sama  artinya dengan membunuh semangat, memupuskan tekad dan mengubur  masa depan yang belum terjadi.  4 La Tahzan  Bagi orang yang berpikir, berkas-berkas masa lalu akan dilipat dan tak  pernah dilihat kembali. Cukup ditutup rapat-rapat, lalu disimpan dalam  'ruang' penglupaan, diikat dengan tali yang kuat dalam 'penjara' pengacuhan  selamanya. 

Atau, diletakkan di dalam ruang gelap yang tak tertembus  cahaya. Yang demikian, karena masa lalu telah berlalu dan habis. Kesedihan  tak akan mampu mengembalikannya lagi, keresahan tak akan sanggup  memperbaikinya kembali, kegundahan tidak akan mampu merubahnya  menjadi terang, dan kegalauan tidak akan dapat menghidupkannya kembali,  karena ia memang sudah tidak ada.  Jangan pernah hidup dalam mimpi buruk masa lalu, atau di bawah  payung gelap masa silam. Selamatkan diri Anda dari bayangan masa lalu!  Apakah Anda ingin mengembalikan air sungai ke hulu, matahari ke  tempatnya terbit, seorok bayi ke perut ibunya, air susu ke payudara sang  ibu, dan air mata ke dalam kelopak mata? Ingatlah, keterikatan Anda  dengan masa lalu, keresahan Anda atas apa yang telah terjadi padanya,  keterbakaran emosi jiwa Anda oleh api panasnya, dan kedekatan jiwa Anda  pada pintunya, adalah kondisi yang sangat naif, ironis, memprihatinkan,  dan sekaligus menakutkan.  Membaca kembali lembaran masa lalu hanya akan memupuskan masa  depan, mengendurkan semangat, dan menyia-nyiakan waktu yang sangat  berharga. Dalam al-Qur'an, setiap kali usai menerangkan kondisi suatu kaum  dan apa saja yang telah mereka lakukan, Allah selalu mengatakan, "Itu  adalah umat yang lalu." Begitulah, ketika suatu perkara habis, maka selesai  pula urusannya. Dan tak ada gunanya mengurai kembali bangkai zaman  dan memutar kembali roda sejarah.  Orang yang berusaha kembali ke masa lalu, adalah tak ubahnya orang  yang menumbuk tepung, atau orang yang menggergaji serbuk kayu.  Syahdan, nenek moyang kita dahulu selalu mengingatkan orang yang  meratapi masa lalunya demikian: "Janganlah engkau mengeluarkan mayat-mayat  itu dari kuburnya." Dan konon, kata orang yang mengerti bahasa binatang,  sekawanan binatang sering bertanya kepada seekor keledai begini, "Mengapa  engkau tidak menarik gerobak?"  "Aku benci khayalan," jawab keledai.  Adalah bencana besar, manakala kita rela mengabaikan masa depan  dan justru hanya disibukkan oleh masa lalu. Itu, sama halnya dengan  kita mengabaikan istana-istana yang indah dengan sibuk meratapi puingpuing  yang telah lapuk. Padahal, betapapun seluruh manusia dan jin  bersatu untuk mengembalikan semua hal yang telah berlalu, niscaya  La Tahzan 5  mereka tidak akan pernah mampu. Sebab, yang demikian itu sudah  mustahil pada asalnya.  Orang yang berpikiran jernih tidak akan pernah melibat dan sedikitpun  menoleh ke belakang. Pasalnya, angin akan selalu berhembus ke depan, air  akan mengalir ke depan, setiap kafilah akan berjalan ke depan, dan segala  sesuatu bergerak maju ke depan. Maka itu, janganlah pernah melawan sunah  kehidupan!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar